Jumat, 27 Februari 2009

Artikel Pendidikan Anak Usia Dini

dari Bintang untuk Bangsaku

Landasan Dasar Pendidikan Anak Usia Dini

Ada tiga hal yang dijadikan landasan PAUD, yaitu :
1. Landasan Yuridis
2. landasan Empiris
3. Landasan Keilmuan

Landasan Yuridis

Landasan hukum terkait dengan pentingnya PAUD tersirat dalam :

  • Amandemen UUD pasal 28b ayat 2, yaitu : negara menjamin kelangsungan hidup, pengembangan dan perlindungan anak terhadap eksploitasi dan kekerasan.
  • Keppres No. 36 tahun 1990, Konvensi Hak Anak, kewajiban negara untuk pemenuhan hak anak.
  • UU No. 20/2003 tentang sistem Pendidikan Nasional
  • PP No.27/1990 tentang pendidikan Prasekolah
  • PP No.39/1992 mengenai Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional

Berbagai komitmen/peraturan maupun konvensi internasional yang terkait dengan hak asasi anak (beberapa telah diratifikasi).

  • CRC-20 November 1989, pemenuhan hak-hak dasar anak
  • United Nations Milenium Declaration- 8 Desember 2000, tentang perlunya nilai-nilai dasar yang bersifat universal yang harus ditanamkan pada anak-anak.
  • The World Fit for Children - 8 Mei 2002, tentang memberikan kesempatan yang lebih luas bagi anak untuk berpartisipasi dalam pengambilan dan pemenuhan hak-hak dasar anak.
  • Konferensi internasional di Dakkar – Senegal tahun 2000, “memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak dini usia, terutama bagi nak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung”.

Landasan Empiris

  • Sensus penduduk 2003, diperkirakan jumlah anak usia dini di Indonesia adalah 26,17 juta jiwa. Namun yang belum terlayani PADU masih terdapat sekitar 19,01 juta (72,64%).
  • Laporan UNDP tentang Human Development Index (HDI) pada tahun 2002 Indonesia menempati peringkat 110 dari 173 negara dan 111 pada tahun 2004, jauh di bawah negara ASEAN lainnya seperti Malaysia (59), Philipina (77), Thailand (70).
  • Berdasarkan hasil studi “kemampuan membaca” siswa tingkat SD yang dilaksanakan oleh International Educational Achevement (IEA) diketahui bahwa siswa SD di Indonesia berada di urutan ke 38 dari 39 negara.
  • Hasil penelitian The Third International Mathematics and Science Study Repeat tahun 1999, kemampuan siswa Indinesia di bidang IPA berada di urutan ke 32 dari 38 negara yang diteliti dan di bidang matematika berada di urutan ke 34 dari 38 negara yang diteliti.
  • Berdasarkan Piramida pendidikan Depdiknas tahun 1999/2000, yaitu rendahnya kualitas calon siswa didasarkan pada suatu kenyataan bahwa selama ini perhatian kita terhadap pendidikan anak usia dini masih sangat minim.

Landasan Keilmuan

Penelitian-penelitian :

  • Seorang bayi yang baru lahir memiliki kurang lebih 100 miliar sel otak. Ini menunjukkan selama 9 bulan masa kehamilan, paling tidak setiap menit dalam pertumbuhan otak diproduksi 250 ribu sel otak. Setiap sel otak saling terhubung dengan lebih dari 15 ribu simpul elektrik kimia yang sangat rumit sehingga bayi yang berusia 8 bulan pun diperkirakan memiliki biliunan sel saraf di dalam otaknya. Sel-sel saraf ini harus rutin distimulasi dan didayagunakan supaya terus berkembang jumlahnya.
  • Pada usia rawan saat anak mulai banyak bergerak, yaitu usia 6 bulan, angka kecelakaan dapat berkurang sebanyak 80% bila mereka diberi rangsangan dini.
  • Pada umur 3 tahun, anak-anak akan mempunyai IQ 10 sampai 20 poin lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak pernah mendapat stimulasi.
  • Pada usia 12 tahun, mereka tetap memperoleh prestasi yang baik dan pada usia 15 tahun, tingkat intelektual mereka semakin bertambah.
  • Ini memberikan gambaran bahwa pendidikan sejak dini memberikan efek jangka panjang yang sangat baik. Sebaliknya, bila anak mengalami stress pada usia-usia awal pertumbuhannya akan berpengaruh juga pada perkembangan otaknya. Anak yang dibesarkan di dalam lingkungan yang minim stimulasi, berkurang kecerdasannya selama 18 bulan yang tidak mungkin tergantikan.
  • Otak manusia terdiri dari 2 belahan, kiri (left hemisphere) dan kanan (right hemisphere) yang disambung oleh segumpal serabut yang disebut corpuss callosum. Kedua belahan otak tersebut memiliki fungsi, tugas, dan respons berbeda dan harus tumbuh dalam keseimbangan. Belahan otak kiri terutama berfungsi untuk berpikir rasional, analitis, berurutan, linier, saintifik seperti membaca, bahasa dan berhitung. Sedangkan belahan otak kanan berfungsi untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas. Bila pelaksanaan pembelajaran di PADU memberikan banyak pelajaran menulis, membaca, bahasa dan berhitung seperti yang cenderung terjadi dewasa ini, akan mengakibatkan fungsi imajinasi pada belahan otak kanan terabaikan. Sebaiknya dalam usaha memekarkan segenap kecerdasan anak, pembelajaran pada anak usia dini ditunjukkan pada pengembangan kedua belahan otak tersebut secara harmonis.
  • Gardner menemukan bahwa otak manusia memiliki beberapa jenis kecerdasan yaitu : bahasa, logis matematis, visual-spasial, musical, kinestik, interpersonal social, intrapersonal, naturalis.

Wiratih Rahayu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar