Rabu, 22 April 2009

Perlu Pendidikan Nonformal semacam Penataran P4

Pimpinan perguruan tinggi, sekolah, dan diknas, jangan ragu-ragu lagi menyelenggarakan Penataran P 4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) dan kembali ke pelajaran PMP. Jika tidak, dikhawatirkan 50 tahun lagi Pancasila hilang. Pemerintah perlu memikirkan jalur pendidikan nonformal semacam Penataran P 4. Demikian pandangan yang berkembang dalam Siaran Interaktif Koran Tokoh di Global FM 96,5 Minggu (1/6). Topiknya, “Indonesia makin Jauh dari Pancasila?”. Berikut, sari-patinya. Beda Pendapat Dianggap Musuh Dalam 10 tahun era reformasi, banyak perilaku tak berkiblat pada nilai Pancasila. Beberapa oknum melihat persoalan dengan mengatasnamakan agama. Perbedaan agama dan tempat pemujaan diakui sesuai Sila I. Ketika mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa, agama jangan dilihat perbedaannya sebab tujuannya sama. Di bawah kaki Lambang Burung Garuda, tertera Bhinneka Tunggal Ika, berbeda tetapi tetap satu. Tidak semua warga Indonesia menghayati kebhinnekaan. Ketika orang berbeda pendapat, dianggap musuh. A.A.A. Ngr. Tini Rusmini Gorda,S.H., M.M. Dosen FH Undiknas Denpasar Bersyukur Ada Pancasila Pendahulu kita telah memberi landasan kebijakan berupa Pancasila. Isinya sudah lengkap. Yang melatarbelakangi manusia berbeda, karmanya. ‘Jika kita menanam jagung tidak mungkin akan memetik singkong atau padi’. Manusia diciptakan tidak seperti mesin, sama dan sebangun. Bersyukur di Indonesia ada Pancasila. Ada orang tertentu ingin menggesernya. Ini tantangan bangsa Indonesia Nang Tut Su, Tabanan Nilai Pancasila, Keseimbangan Pancasila, suatu nilai yang ada dalam agama. Pancasila, lima dasar etika mencapai kehidupan manusiawi. Kalau kemudian terindikasi bangsa ini makin jauh dari norma Pancasila, ini hanya penyikapan subjektif dalam mengekspresikan jiwa Pancasila. Tak ada seorang pun ingin komunitas bangsa ini tercerai berai. Harus sadar bahwa persatuan dan kesatuan fondasi kehidupan yang mutlak. Manusia dibekali cita, budi, dan manah yang perlu disikapi secara adil dalam pertumbuhannya bersama kebutuhan jasmaninya sehingga terjadi keseimbangan. Nilai Pancasila adalah keseimbangan berpikir, berucap, dan berbuat. Pande, Pandakgede Dipertanggungjawabkan secara Moral Jika dilihat sila I, Ketuhanan Yang Maha Esa, mungkin pemikiran dari pencetusnya, bahwa apa pun yang diperbuat agar bisa dipertanggungjawabkan secara moral. Tini Rusmini Gorda Pancasila dan Agama Berbeda Pancasila dan agama berbeda. Agama, hubungan pribadi antara manusia dan Tuhan. Pancasila, dasar negara RI. Dalam orde baru negara terlalu jauh mengambil alih masalah keagamaan. Porsi kebangsaan digeser keagamaan. Nilai Pancasila masih diterapkan namun pelaksanaannya tidak konsekuen. Ledang Asmara, Denpasar Hanya Mengacu pada Agama Orang yang berjiwa Pancasila berkurang. Kadang perilaku saudara-saudara kita hanya mengacu pada agama. Mahayadi Tak Ada lagi P4 Dalam era reformasi, P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) tidak ada. Saat penerimaan mahasiswa baru juga tak ada lagi Penataran P4. Memperingati Lahirnya Pancasila tanpa penghayatan dan pengamalan Pancasila. Ada yang memaknai sila I, dari kacamata agama tanpa penghayatan terhadap Pancasila. Padahal perbedaan agama tak harus menyebabkan bermusuhan dan menjadikan negara ini negara agama. Sila II, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, namun persamaan hak asasi tidak dirasakan. Sila III, Persatuan dan Kesatuan, tetapi ada yang inginkan daerahnya merdeka. Ada Sila IV, tetapi yang berbeda pendapat, dianggap musuh. Kondisi sosial ekonomi saat ini sangat jauh dari tuntutan Sila V. Kesenjangan ini, tanpa adanya penghayatan dan pengamalan sila-sila Pancasila, menjadikan penyebab konflik sosial. Tini Rusmini Gorda Menyimpang dari Pancasila Perjalanan bangsa dan negara ini sudah jauh menyimpang dari Pancasila . Bhinneka Tunggal Ika, artinya ada pluralisme. Dimungkinkan banyak ada agama. Tiap agama diberi hak untuk hidup. Kenyataannya, ada yang memaksakan supaya agama hanya ada satu, yang lainnya dibonzaikan. Ini penyimpangan terhadap Pancasila. Semestinya ada keadilan tetapi nyatanya kemiskinan bertambah. Ada musyawarah dan mufakat, tidak ada diktator mayoritas dan tirani minoritas, berarti duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Sekarang terus ada amendemen konstitusi tiang kerangka Pancasila, karena dikalahkan mayoritas. Bali selalu mengatakan pertahankan Pancasila, namun justru orang Bali menghancurkan Pancasila dengan memberi peluang pemilu ditentukan mayoritas. Kemunafikan, satu sisi membela Pancasila, di sisi lainnya merongrong Pancasila. Jodog Pancasila akan Hilang Diperkirakan 50 tahun ke depan Pancasila hilang. Membentuk manusia Pancasila, terutama melalui pendidikan. Sementara sekarang pelajaran tentang Pancasila hilang. Dulu waktu saya kecil, ada mata pelajaran PMP, nyatanya kini sudah diganti PKN, berarti Pancasila sudah tidak diprioritaskan. Ngurah Halus, Karangasem Di Mana Idealisme Pancasila? Kini aroma yang terlihat di TV dan di masyarakat luas mengarah ke kapitalisme. Kalau toh ada aroma idealisme, mengarah ke Timur Tengah. Di mana idealisme Pancasila dan nation and character building bangsa Indonesia? Aparatur negara, tidak mau lagi memberi contoh pada masyarakat. Kebohongan dibuat menjadi kebenaran. Kenapa aparatur negara atau anggota DPR/DPRD tidak berpikir ke depan? Marbun Kembali ke PMP dan P4 Tidak adanya P4 menimbulkan kekhawatiran. Anak-anak sekarang cenderung mengemukakan pendapat tanpa mengindahkan etika. Mereka hanya tahu boleh berpendapat pada semua orang, tanpa tahu ada aturannya. Pada zaman seperti sekarang ini perlu ada pendidikan nonformal semacam Penataran P4. Perlu penyegaran ulang, misalnya tiap bulan sekali. Seperti mobil perlu servis tiap bulan. Materi P4 juga baik jadi acuan untuk menegakkan demokrasi yang benar. Pimpinan perguruan tinggi, kepala sekolah, diknas, dan lainnya jangan ragu-ragu lagi menyelenggarakan Penataran P4, atau di SMP kembali ke mata pelajaran PMP. Kembali ke kurikulum lama jika relevan dengan kondisi kini, kenapa tidak. Bak atlet loncat tinggi jika ingin maju mundur dulu. Saat ini soal ekonomi lebih banyak dipolemikkan, padahal inti permasalahan mendasar sebenarnya moral. Tini Rusmini Gorda Perlu Keteladanan Esensinya Pancasila, menyuruh orang berbuat baik dan benar. Agama pun juga demikian. Saat ini masyarakat dihadapkan pada kehampaan ideologi. Masih banyak terjadi konflik atas nama kepentingan sempit. Menanamkan nilai Pancasila pada anak didik hendaknya lebih banyak melalui keteladanan dan contoh tingkah laku sehari-hari yang sesuai dengan isi Pancasila. Suardana, Jimbaran Sincan dan Naruto Salah satu tokoh idola saya adalah Prof. Gorda (almarhum), yang sering memaparkan P4 terutama lewat kegiatan Lembaga Keterampilan Manjemen Mahasiswa (LKMM). Ternyata manusia-manusia yang baik, seperti juga Sophan Shopian, ajalnya lebih cepat. Tidak mampunya anak-anak menghapal bisa diberdayakan dengan sistem tertentu. Anak-anak jika menghapal cerita Naruto atau Sincan bisa. Revitalisasi nilai-nilai Pancasila dapat melalui hal-hal kecil seperti lewat media massa atau tempat bermain. Nyoman Karsana, Gatsu Teori dan Praktik harus Sejalan Keteladanan dimulai dari diri sendiri, kemudian ditularkan. Mengenai nilai Pancasila bukan persoalan hapalan, namun jika tidak hapal bagaimana mungkin mengaplikasikannya. Ini suatu proses pemahaman. Teori dan praktik harus sejalan. Praktik tanpa teori berarti tanpa pedoman. Anak-anak, kalau libur tanpa dibangunkan, mereka sudah bangun berkat Naruto dan Sincan. Namun, ketika hari sekolah, untuk bangun berantem dulu dengan ibunya. Tidak jelek juga menontonnya hanya perlu didampingi dan berikan mereka filosofinya. Peran media massa juga penting. Tini Rusmini Gorda Dijajah Neokolonialisme Pancasila antikolonialisme dan kapitalisme. Apakah ekonomi kita ekonomi kerakyatan atau kapitalisme? Apakah kita masih dijajah neokolonialisme (kolonialisme gaya baru)? Jodog Kembali ke Semangat Pancasila Para pemimpin mendengungkan ekonomi kerakyatan, namun kenyataannya yang merebak kapitalisme. Kembali ke inti Pancasila yang antikolonialisme dan kapitalisme, mari lakukan bersama-sama. Dalam peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasioanl ada slogan ‘Indonesia Bisa’. Agar tidak hanya sebatas slogan, mari kita kembali ke semangat Pancasila.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar